Dalam ruanglingkup usaha penerangan ini, fotografi sebagai salah satu media komunikasi turut memegang peranan penting. Fotografi dapat dimanfaatkan sebagai media penerangan untuk menyampaikan informasi tentang manfaat dan pentingnya pembangunan, atau informasi tentang keberhasilan pembangunan serta manfaat yang dapat dinikmati masyarakat dari hasil pembangunan tersebut. Dengan kata lain fotografi disamping sebagai bahan penerangan, sekaligus ia dapat memotivasi masyarakat tentang pentingnya pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada mulanya pemanfaatan kamera foto terbatas pada obyek-obyek sasaran yang terbiasa terlihat mata, seperti gambar pemandangan, bangunan-bangunan dan sebagainya. Pada tahap berikutnya manuia makin menyadari, bahwa pameran foto dapat merekam obyek-obyek yang tidak dapat dilihat mata manusia.
Kesadaran akan manfaat fotografi turut membantu perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam dunia astronomi, pemotretan satelit turut membantu memecahkan rahasia alam. Pemotretan bawah dasar laut, amat membantu bidang asenologi. Pemotretan tubuh manusia membantu bidang kedokteran. Foto kamera dapat pula dimanfaatkan untuk mendeteksi kelembaban awan yang berguna sebagai bahan ramalan cuaca, menditeksi kehidupan binatang untuk kepentingan biologi, atau untuk menditeksi polusi untuk kepentingan ekologi. Sekarang ini kita telah memasuki abad ruang angkasa. Dengan pengendalian jarak jauh planet mars telah berhasil difoto sebagai bahan penelitian yang berguna untuk mengungkapkan tabir rahasia yang menyelimuti planet tersebut.
Sebagai bahan penerangan, foto dapat berbicara seribu kata. Demikian ungkapan yang diberikan untuk menggambarkan manfaat foto sebagai media informasi. Sebuah foto mampu bercerita tentang kepadatan lalulintas di Jakarta, kehidupan remang-remang malam dikota-kota besar, atau keindahan pantai Sanur di Bali. Secara emosional sebuah foto dapat pula mengundang cucuran air mata, atau membawa kirta kedalam suasana yang mencekam, maupun yang mengundang gelak tawa.
Dalam penyampaian informasi media foto mempunyai keunggulan yang tidak dapat ditandingi media lainnya, terutama dalam kkebenaran dan orisinilitas suatu fakta. Di lain fihak fotografi bercerita secara universal dan dapat dimengerti oleh setiap orang tanpa membedakan tingkat pendidikan. Hal ini sangat memudahkan para komunikator dalam menyampaikan pesannya pada komunikan lewat media foto. Seseorang yang ingin mengetahui akibat perang yang terjadi di Irak, atau suksesnya pelaksanaan reboisasi digunung kidul, tidak harus pergi ketempat tersebut, melalui foto informasi tersebut dapat kita lihat dan rasakan.
Dengan memanfaatkan keterampilan dan penguasaan pembinaan kamera foto,foto tidak berfungsi hanya sebagai media informasi, tetapi dapat pula memotivasi penduduk untuk berbuat/bertindak sesuai dengan harapan komunikator. Miksalnya masalah-masalah yang timbul akibat penggundulan hutan, kebersihan lingkungan, .
Sebagaimana diketahui masalah-masalah nasionall yang perlu penganan secara berlanjut, misalnya masalah erosi karena penggundulan hutan, masalah kependudukan, transmigrasi, kesehatan, kurang gizi. Dengan memanfaatkan teknik fotografi, berbagai masalah tersebut dapat dievaluasi dalam foto sebagai bahan informasi/penerangan kepada masyarakat. Penyajian secara nyata, lebih-lebih yang langsung menyentuh penghidupan masyarakat akan dapat menumbhkan kesadaran masyarakat untuk turut terlibat mengatasi masalah tersebut.
NILAI INFORMASI SEBAGAI FOTO.
Sesungguhnya setiap foto mengandung nilai informasi yang terkandung dalam setiap foto tidaklah sama, walaupun obyek sasaran yang terekam didalam dua foto adalah sama, namun makna informasi yang terkandung didalamnya mungkin berbeda. Dihubungkan dengan kegiatan penerangan, atau bilamana foto dimanfaatkan sebagai media informasi dalam komunikasi, tentu diharapkan foto yang ditampilkan mempunyai nilai informasi yang kuat.
Alfred Eisentased, fotografer terkenal dari majalah LIFE mengatakan bahwa foto yang baik dan yang mempunyai nilai informasi yang kuat, adalah foto yang memuat rekaman suatu fakta dan dapat menginformasikan secara jelas dan tuntas tentang fakta itu sendiri. Dari penjelasan ini dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa foto yang baik adalah foto yang mengandung informasi tentang peristiwa/fakta yang terekam dalam foto. Dengan demikian apabila kita merekam obyek sasaran tentang kecelakaan lalulintas, atau kebakaran pasar, atau keindahan pantai Sanur di Bali, atau kehidupan nelayan di pagi hari, maka rekaman fakta tersebut harus memuat informasi terkuat tentang obyek sasaran tersebut.
Untuk membedakan foto yang bermakna informasi lemah dan informasi kuat, Dandy Irsad secara gambling memberikan contoh sebagai berikut : Seorang juru foto merekam sebuah pasar yang sedang terbakar. Hasil pemotretan tersebut, memuat rekaman tentang atap-atap kios yang sedang terbakarr dan kepulan asap yang menkjulang tinggi. Bila melihat foto tersebut seseorang pasti tahu bahwa informasi yang disampaikan adalah “tentang kebakaran”. Tapi foto tersebut belum mampu memberikan informasi tentang “apa yang terbakar”, dimana lokasi kebakaran. Bila dalam foto tersebut menampilkan took/kios yang penuh dengan barang dagangan yang sedang dimakan api dan dengan latar belakang bangunan kios lain yang mengalami nasib yang sama, serta ditambah dengan salah satu nama took atau nama pasar yang terbakar, informasi yang terekam dalam foto makin lengkap.
Di dalam teknik jurnalistik disebutkan didalam penyusunan suatu berita harus mampu menjawab pertanyaan 5 w + 1 H, yaitu Who, What, When, Where, Why, dan How. Didalam pengambilan foto lebih-lebih foto yang bermakna berita, promosi, bahan penerangan atau dokumentasi, kunci teknik jurnalistik tersebut dapat diterapkan. Secara utuh mungkin agak sulit didapatkan foto yang langsung menjawab 5 w + 1 H, tapi minimal foto-foto yang dihasilkan dapat menjawab beberapa diantara pernyataan tersebut. Dengan kata lain makin banyak pertanyaan yang dapat terjawab makin tinggi nilai informasi yang dikandung foto tersebut.
PERSIAPAN YANG PERLU :
Bagaimana usaha agar mendapatkan foto-foto yang baik. Nampaknya tidak ada suatu metode yang menjamin seseorang langsung menjadi seorang fotografer terkenal. Pengalaman merupakan guru yang baik. Hal ini nampaknya berlaku dalam bidang fotografi. Penguasaan pengetahuan teknik tentang fotografi ditambah dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan sendiri, ataupun pengalaman orang lain, merupakan kunci yang dapat membawa kesuksesan. Fotografer terkenal masa kini, tidak muncul begitu saja. Tapi dilahirkan dari suatu proses yang ditunjang pengetahuan, pengalaman, dan ketekunan.
Secara teknis seorang calon fotografer harus mengenal betul sifat-sifat kamera yang dipakai, yaitu mencakup pengaturan cahaya, pengaturan jarak, pengaturan focus, dan komposisi. Perlu diketahui pula, setiap lensa kamera mempunyai batas sudut pandangan sesuai dengan jenis lensa itu sendiri. Dengan mempelajari tataletak obyek sasaran, dan menghubungkan dengan luas sudut pandangan lensa, akan membantu untuk mendapatkan sudut pandangan terbaik. Perkiraan-perkiraan demikian akan menghasilkan foto terbaik.
Untuk membantu seorang calon fotografer dalam melaksanakan tugasnya, Alfred Einstaed menganjurkan agar sebelum pengambilan foto terlebih dahulu disusun suatu perencanaan yang matang. Perencanaan ini sangat membantu calon fotografer dalam mempersiapkan segala keperluan, serta penentuan obyek sasaran untuk mendapatkan foto yang baik.
Sebelum kamera dibidikan pada obyek sasaran, perlu dipertanyakan, informasi apakah yang ingin disampaikan, atau dijelaskan. Apakah informasi tersebut dapat divisualisaikan dalam foto. Kalau dapat obyek sasaran yang bagaimanakah yang cocok untuk menjelaskan informasi tersebut, damn sebagainya. Beberapa pertanyaan diatas dapat membantu kita dalam menentukan obyek sasaran yang akan direkam.
Sesungguhnya dalam pemilihan obyek tidak begitu banyak masalah, berbagai obyek terhampar dihadapan kita, misalnya tentang keindahan alam atau kesibukan manusia dipasar-pasar, para pekerja di pabrik, para nelayan di pagi hari. Dari berbagai pilihan tersebut, kita dapat menyusun suatu tema, misalnya untuk keperluan promosi keindahan alam Indonesia, kita diharapkan membuat suatu/beberapa foto yang kelak diharapkan memuat informasi tentang keindahan alam Indonesia sekaligus mengundang minat orang yang melihat foto untuk berkunjung ke Indonesia.
Setelah menetukan tema tentang”keindahan alam Indonesia”, maka selanjutnya perlu dipertanyakan promosi keindahan ini ditujukan untuk siapa, apakah turis asing atau domestik. Hal ini dipertegas kembali agar dari sana kita dapat menentukan lokasi sebagai obyek sasaran. Bila Informasi tentang keindahan alam Indonesia ditujukan untuk promosi turis asing, sebaiknya kita memilih daerah-daerah tertentu yang sudah dikenal sebelumnya, walaupun secara samar-samar misalnya kirta memilih daerah Bali sebagai obyek sasaran. Untuk mendapatkan obyek yang benar-benar sempurna tentang Bali, maka sebelumnya kita harus menguasai informasi tentang Bali, khususnya tentang alam lingkungannya. Pengetahuan informasi ini akan sangat membantu untuk menentukan lokasi sebagai obyek sasaran. Karena yang ditentukan adalah keindahan alam pulau Bali, maka kita mengiventaris daerah-daerah yang dianggap mempunyai nilai keindahan untuk daerah wisata, mulai dari daerah pengunungan sampai kedaerah pantainya. Dari hasil inventarisasi ini akan dengan mudah untuk menentukan obyek yang akan dijadikan sasaran. Bila telah ditentukan lokasi obyek sasaran, tidak lanjut kemudian adalah memahami medan sasaran. Pemahaman medan sasaran ini akan membantu untuk mendapatkan sudutpandangan yang terbaik.
Setelah mempelajari medan obyek sasaran, selanjutnya memperiapkan peralatan-peralatan teknis yang diperlukan, seperti jenis film, jenis-jenis lensa sesuai demgan keperluan. Dengan membiasakan penyusunan suatu perencanaan yang matang, maka diharapkan akan selalu mendapatkan foto yang baik, baik dalam arti keindahan ataupun baik dalam arti bermakna informasi yang kuat
Kesadaran akan manfaat fotografi turut membantu perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam dunia astronomi, pemotretan satelit turut membantu memecahkan rahasia alam. Pemotretan bawah dasar laut, amat membantu bidang asenologi. Pemotretan tubuh manusia membantu bidang kedokteran. Foto kamera dapat pula dimanfaatkan untuk mendeteksi kelembaban awan yang berguna sebagai bahan ramalan cuaca, menditeksi kehidupan binatang untuk kepentingan biologi, atau untuk menditeksi polusi untuk kepentingan ekologi. Sekarang ini kita telah memasuki abad ruang angkasa. Dengan pengendalian jarak jauh planet mars telah berhasil difoto sebagai bahan penelitian yang berguna untuk mengungkapkan tabir rahasia yang menyelimuti planet tersebut.
Sebagai bahan penerangan, foto dapat berbicara seribu kata. Demikian ungkapan yang diberikan untuk menggambarkan manfaat foto sebagai media informasi. Sebuah foto mampu bercerita tentang kepadatan lalulintas di Jakarta, kehidupan remang-remang malam dikota-kota besar, atau keindahan pantai Sanur di Bali. Secara emosional sebuah foto dapat pula mengundang cucuran air mata, atau membawa kirta kedalam suasana yang mencekam, maupun yang mengundang gelak tawa.
Dalam penyampaian informasi media foto mempunyai keunggulan yang tidak dapat ditandingi media lainnya, terutama dalam kkebenaran dan orisinilitas suatu fakta. Di lain fihak fotografi bercerita secara universal dan dapat dimengerti oleh setiap orang tanpa membedakan tingkat pendidikan. Hal ini sangat memudahkan para komunikator dalam menyampaikan pesannya pada komunikan lewat media foto. Seseorang yang ingin mengetahui akibat perang yang terjadi di Irak, atau suksesnya pelaksanaan reboisasi digunung kidul, tidak harus pergi ketempat tersebut, melalui foto informasi tersebut dapat kita lihat dan rasakan.
Dengan memanfaatkan keterampilan dan penguasaan pembinaan kamera foto,foto tidak berfungsi hanya sebagai media informasi, tetapi dapat pula memotivasi penduduk untuk berbuat/bertindak sesuai dengan harapan komunikator. Miksalnya masalah-masalah yang timbul akibat penggundulan hutan, kebersihan lingkungan, .
Sebagaimana diketahui masalah-masalah nasionall yang perlu penganan secara berlanjut, misalnya masalah erosi karena penggundulan hutan, masalah kependudukan, transmigrasi, kesehatan, kurang gizi. Dengan memanfaatkan teknik fotografi, berbagai masalah tersebut dapat dievaluasi dalam foto sebagai bahan informasi/penerangan kepada masyarakat. Penyajian secara nyata, lebih-lebih yang langsung menyentuh penghidupan masyarakat akan dapat menumbhkan kesadaran masyarakat untuk turut terlibat mengatasi masalah tersebut.
NILAI INFORMASI SEBAGAI FOTO.
Sesungguhnya setiap foto mengandung nilai informasi yang terkandung dalam setiap foto tidaklah sama, walaupun obyek sasaran yang terekam didalam dua foto adalah sama, namun makna informasi yang terkandung didalamnya mungkin berbeda. Dihubungkan dengan kegiatan penerangan, atau bilamana foto dimanfaatkan sebagai media informasi dalam komunikasi, tentu diharapkan foto yang ditampilkan mempunyai nilai informasi yang kuat.
Alfred Eisentased, fotografer terkenal dari majalah LIFE mengatakan bahwa foto yang baik dan yang mempunyai nilai informasi yang kuat, adalah foto yang memuat rekaman suatu fakta dan dapat menginformasikan secara jelas dan tuntas tentang fakta itu sendiri. Dari penjelasan ini dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa foto yang baik adalah foto yang mengandung informasi tentang peristiwa/fakta yang terekam dalam foto. Dengan demikian apabila kita merekam obyek sasaran tentang kecelakaan lalulintas, atau kebakaran pasar, atau keindahan pantai Sanur di Bali, atau kehidupan nelayan di pagi hari, maka rekaman fakta tersebut harus memuat informasi terkuat tentang obyek sasaran tersebut.
Untuk membedakan foto yang bermakna informasi lemah dan informasi kuat, Dandy Irsad secara gambling memberikan contoh sebagai berikut : Seorang juru foto merekam sebuah pasar yang sedang terbakar. Hasil pemotretan tersebut, memuat rekaman tentang atap-atap kios yang sedang terbakarr dan kepulan asap yang menkjulang tinggi. Bila melihat foto tersebut seseorang pasti tahu bahwa informasi yang disampaikan adalah “tentang kebakaran”. Tapi foto tersebut belum mampu memberikan informasi tentang “apa yang terbakar”, dimana lokasi kebakaran. Bila dalam foto tersebut menampilkan took/kios yang penuh dengan barang dagangan yang sedang dimakan api dan dengan latar belakang bangunan kios lain yang mengalami nasib yang sama, serta ditambah dengan salah satu nama took atau nama pasar yang terbakar, informasi yang terekam dalam foto makin lengkap.
Di dalam teknik jurnalistik disebutkan didalam penyusunan suatu berita harus mampu menjawab pertanyaan 5 w + 1 H, yaitu Who, What, When, Where, Why, dan How. Didalam pengambilan foto lebih-lebih foto yang bermakna berita, promosi, bahan penerangan atau dokumentasi, kunci teknik jurnalistik tersebut dapat diterapkan. Secara utuh mungkin agak sulit didapatkan foto yang langsung menjawab 5 w + 1 H, tapi minimal foto-foto yang dihasilkan dapat menjawab beberapa diantara pernyataan tersebut. Dengan kata lain makin banyak pertanyaan yang dapat terjawab makin tinggi nilai informasi yang dikandung foto tersebut.
PERSIAPAN YANG PERLU :
Bagaimana usaha agar mendapatkan foto-foto yang baik. Nampaknya tidak ada suatu metode yang menjamin seseorang langsung menjadi seorang fotografer terkenal. Pengalaman merupakan guru yang baik. Hal ini nampaknya berlaku dalam bidang fotografi. Penguasaan pengetahuan teknik tentang fotografi ditambah dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan sendiri, ataupun pengalaman orang lain, merupakan kunci yang dapat membawa kesuksesan. Fotografer terkenal masa kini, tidak muncul begitu saja. Tapi dilahirkan dari suatu proses yang ditunjang pengetahuan, pengalaman, dan ketekunan.
Secara teknis seorang calon fotografer harus mengenal betul sifat-sifat kamera yang dipakai, yaitu mencakup pengaturan cahaya, pengaturan jarak, pengaturan focus, dan komposisi. Perlu diketahui pula, setiap lensa kamera mempunyai batas sudut pandangan sesuai dengan jenis lensa itu sendiri. Dengan mempelajari tataletak obyek sasaran, dan menghubungkan dengan luas sudut pandangan lensa, akan membantu untuk mendapatkan sudut pandangan terbaik. Perkiraan-perkiraan demikian akan menghasilkan foto terbaik.
Untuk membantu seorang calon fotografer dalam melaksanakan tugasnya, Alfred Einstaed menganjurkan agar sebelum pengambilan foto terlebih dahulu disusun suatu perencanaan yang matang. Perencanaan ini sangat membantu calon fotografer dalam mempersiapkan segala keperluan, serta penentuan obyek sasaran untuk mendapatkan foto yang baik.
Sebelum kamera dibidikan pada obyek sasaran, perlu dipertanyakan, informasi apakah yang ingin disampaikan, atau dijelaskan. Apakah informasi tersebut dapat divisualisaikan dalam foto. Kalau dapat obyek sasaran yang bagaimanakah yang cocok untuk menjelaskan informasi tersebut, damn sebagainya. Beberapa pertanyaan diatas dapat membantu kita dalam menentukan obyek sasaran yang akan direkam.
Sesungguhnya dalam pemilihan obyek tidak begitu banyak masalah, berbagai obyek terhampar dihadapan kita, misalnya tentang keindahan alam atau kesibukan manusia dipasar-pasar, para pekerja di pabrik, para nelayan di pagi hari. Dari berbagai pilihan tersebut, kita dapat menyusun suatu tema, misalnya untuk keperluan promosi keindahan alam Indonesia, kita diharapkan membuat suatu/beberapa foto yang kelak diharapkan memuat informasi tentang keindahan alam Indonesia sekaligus mengundang minat orang yang melihat foto untuk berkunjung ke Indonesia.
Setelah menetukan tema tentang”keindahan alam Indonesia”, maka selanjutnya perlu dipertanyakan promosi keindahan ini ditujukan untuk siapa, apakah turis asing atau domestik. Hal ini dipertegas kembali agar dari sana kita dapat menentukan lokasi sebagai obyek sasaran. Bila Informasi tentang keindahan alam Indonesia ditujukan untuk promosi turis asing, sebaiknya kita memilih daerah-daerah tertentu yang sudah dikenal sebelumnya, walaupun secara samar-samar misalnya kirta memilih daerah Bali sebagai obyek sasaran. Untuk mendapatkan obyek yang benar-benar sempurna tentang Bali, maka sebelumnya kita harus menguasai informasi tentang Bali, khususnya tentang alam lingkungannya. Pengetahuan informasi ini akan sangat membantu untuk menentukan lokasi sebagai obyek sasaran. Karena yang ditentukan adalah keindahan alam pulau Bali, maka kita mengiventaris daerah-daerah yang dianggap mempunyai nilai keindahan untuk daerah wisata, mulai dari daerah pengunungan sampai kedaerah pantainya. Dari hasil inventarisasi ini akan dengan mudah untuk menentukan obyek yang akan dijadikan sasaran. Bila telah ditentukan lokasi obyek sasaran, tidak lanjut kemudian adalah memahami medan sasaran. Pemahaman medan sasaran ini akan membantu untuk mendapatkan sudutpandangan yang terbaik.
Setelah mempelajari medan obyek sasaran, selanjutnya memperiapkan peralatan-peralatan teknis yang diperlukan, seperti jenis film, jenis-jenis lensa sesuai demgan keperluan. Dengan membiasakan penyusunan suatu perencanaan yang matang, maka diharapkan akan selalu mendapatkan foto yang baik, baik dalam arti keindahan ataupun baik dalam arti bermakna informasi yang kuat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar